12.03.2008

potret usang dunia edukasi kita

negara ini telah mengenal istilah kemerdekaannya dari penjajah sekitar 63 tahun. kolonialis dan imperialis telah jauh meninggalkan Indonesia dengan meninggalkan warisan kebebasan seperti yang diperjuangkan oleh beberapa kumpulan pemuda yang tergabung dalam bond dan akhirnya membidani lahirnya Sumpah Pemuda. sebuah semangat yang menjadi cikal bakal lahirnya sebuah pemoklamiran kemerdekaan dalam skala nasional. seketika itu juga rakyat Indonesia terbebas dari cengkeraman kolonialis yang nyaman mencekik negeri ini selama 353,5 tahun. bebas. bebas dalam arti kata harfiah.

tetapi jika disadarkan kembali oleh sebuah pertanyaan, "apakah kita telah merdeka dari kebodohan?". rasanya masih perlu ditelaah kembali pertanyaan tersebut. meskipun kita telah merdeka dari penjajahan tetapi belum dari kebodohan. buta huruf dan kesulitan mendapatkan akses belajar begitu banyak ditemui di berbagai pelosok Indonesia. contoh paling nyata adalah visualisasi film Laskar Pelangi yang booming akhir-akhir ini. disana kita jumpai bangunan tua yang nyaris roboh tetapi dengan susah payah dipaksa berdiri oleh semangat belajar anak-anak yang bernaung di bawahnya. sebuah potret pedih dan menjadi alasan mengapa dunia pendidikan layak mendapatkan 20% dari APBN tahun ini.

tidak hanya hanya itu, salah satu kesulitan yang dihadapi guru adalah menyampaikan materi ajar dengan menggunakan media peraga. di berbagai sekolah yang berada di kota besar mungkin guru tidak menemui kesulitan karena mendapat back up penuh dari pihak sekolah tetapi bagaimana dengan guru yang mengajar di daerah? dimana media peraga menjadi batu sandungan dalam penyampaian materi. sang guru pun dipaksa harus memutar otaknya untuk menemukan cara agar materi mampu diserap oleh murid dengan media peraga yang mudah didapat dan murah. tidak jarang sang guru merakit berbagai media peraga dari bahan bekas dan sederhana. karena beliau sadar bahwa media peraga memegang peran penting dalam transfer ilmu dalam proses belajar mengajar. untuk beliau-beliau yang mengajar di daerah atau lokasi yang jauh dari pusat kota, mensiasati keadaan adalah keharusan termasuk kesabaran dalam menghadapi telatnya gaji dan beragam potongannya. guru harus tahan banting dan tidak mudah manyerah dalam kondisi apapun.

semoga dengan dinaikkannya tunjangan pendidikan dan gaji guru bisa membawa semangat baru dalam dunia pendidikan Indonesia. terhapusnya masyarakat yang masih buta huruf dan semakin meningkatnya kualitas guru dan anak didiknya merupakan idaman dunia pendidikan di beberapa tahun mendatang. semoga ...



1 comment:

hari Lazuardi said...

sesungguhnya kata merdeka saat ini hanya lantang sebagai slogan saja, kita belum merdeka, dan balada omar bakrie dengan sepeda tuanya masih juga belum tersentuh dengan layak dan terhormat...