11.26.2007

rekor 3,5 tahun

lagi males..
bad mood ..
gara gara kmaren nonton big match Arema vs Persipura Jayapura

pagi pagi udah berburu tiket, sengaja nyari yg ekonomi biar dapet "soul"nya nonton bola hehehe...
tiketnya seh dibandrol 15 ribu tapi kmaren dapet yg harganya 16 ribu. rada ga ikhlas seh pas beli tuh tiket, ngrasa dirampok terang terangan (emang ada dirampok gelap gelapan :P). beli empat buat noy, andry, teguh ma temennya. smua berjalan lancar sampeeeee .... temennya teguh datang dan yg dateng dua orang! otomatis kurang satu tuh tiket dan jam udah nunjukin pukul 1. begitu nyari lagi ... guess what? tiket udah melonjak jadi 35 ribu! ga jadi beli dengan harapan dapet tiket di stadion.

tenang tenang ... kejutan blom berakhir *ambil napas*

begitu nyampe stadion, ada yg nawarin tuh tiket, masi ada seh tapi 40 ribu!! OMG ... yg bener aja?! tapi berhubung cuman butuh satu terpaksa deh tuh tiket akhirnya pindah tangan.

02.30 PM
masuk ke dalam stadion dengan sekuat tenaga dan sikut kanan kiri, akhirnya masuk juga ... dan seluruh tribun udah full, padahal masi sejam lagi kick off dimulai.
ternyata noy masuk sendirian, terpisah ama gerombolan si berat hehehehe ... ga tau tuh mreka bisa masuk pa ga? 'coz tribun udah full, terpaksa deh turun ke sentleband deket bench arema. dan ga lama udah ketemu ma gerombolan tadi xixixi ... sayangnya temennya teguh kecopetan pas mo turun ke sentleband! nokia 2115 di saku depannya sukses raib!

03.20 PM
kick off dimulai ...
Persipura Jayapura yang dianugrahi alam yang menunjang dan talenta yang berlimpah tampaknya setingkat diatas pemain Arema dari segi skill dan kerjasama.

persipura jayapura lah yang mengakhiri rekor angkernya Arema ketika bermain di Malang. rekor yang awet sepanjang 3,5 tahun tanpa tersentuh kekalahan akhirnya lenyap. skor 0 - 1 sudah cukup membuat beberapa oknum supporter membakar kertas di area tribun utara, sudah cukup membuat aparat panpel sibuk melindungi Alil Rinenggo -sang wasit yang begitu "hebat" dalam memimpin suatu laga bertitel big match- dari lemparan botol dan sudah cukup membuat puluhan ribu Aremania melontarkan sumpah serapah.
hasil yang udah pasti bikin Aremania kecewa, tidak hanya di Malang, tapi juga di Batam, Kalimantan, Sulawesi bahkan di tanah Papua sendiri.

jago juga PSSI bikin skenario ...

kenapa bukan Purwanto, kenapa juga bukan Jimmy Napitupulu yang memimpin duel tim papan atas ini? Alil bersama Yesayas Leihitu cenderung "merugikan" Arema, terutama soal ketegasan menghadapi kasarnya permainan lawan Arema. pelit kartu dan membiarkan semua pelanggaran seperti tidak ada apa-apa.

Miroslav Janu dan Satrija Budi Wibawa sendiri udah terlanjur malas menilai kinerja pemimpin pertandingan karena mereka udah tau bahwa setiap kritikan pedas dan laporan tertulis hanya akan menguap begitu sampai di Senayan sana.

11.14.2007

Lone Hero


tanggal di pojok kanan bawah komputer ini menunjuk ke angka 14 November 2007. 4 hari yang lalu, tepatnya 10 November, tanggal yang selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan. momen yang merujuk pada saat arek-arek Suroboyo bertempur melawan sekutu yang akan menduduki Surabaya. sekutu yang dimotori oleh Inggris menyerbu Surabaya dari darat, laut dan udara. pertempuran itu jelas tidak seimbang dan tidak akan menjadi sejarah tanpa dorongan semangat darinya.
Dia ...
Bung Tomo ...
seorang pejuang yang menjadi ikon petempuran Surabaya 10 November 1945. motivator ulung yang mengangkat moral dan semangat pejuang lewat pidato heroiknya di RRI Surabaya. dan akhirnya Brigjen Mallaby, pucuk pimpinan sekutu, tewas di pertempuran itu dan membuat berang segenap pimpinan sekutu lainnya.

tapi saya ngga ingin sentimentil mengingat kembali peristiwa 62 tahun yang lalu tersebut. saya ingin sedikit mengupas sisi personal dari Bung Tomo yang tidak banyak diketahui oleh orang banyak. beliau dilahirkan di Surabaya dan ikut berjuang pada era revolusi. bertemu dengan seorang gadis dari Malang yang pada waktu itu berprofesi sebagai perawat dan kemudian dipersuntingnya di Malang.

selepas masa revolusi, Bung Tomo pindah ke Malang dan melanjutkan merintis karier politiknya di Jakarta. dikaruniai sifat yang kritis membuatnya vokal terhadap pemerintahan Soekarno dan Soeharto. pembawaan itulah yang membuatnya diasingkan secara politik bahkan juga dipenjara. bahkan kedua presiden tersebut menolak mengakui Bung Tomo sebagai pahlawan nasional, meskipun negara lain mengakuinya. Bung Tomo sendiri menolak dianggap sebagai pahlawan nasional karena beliau tidak mementingkan sebutan tersebut.

tahun 1981 ...
beliau menunaikan ibadah haji ke Mekkah bersama sang istri. Sang Khalik pun memilih menjemputnya saat itu. beliau meninggal dan dimakamkan disana. sebelum wafat, Bung Tomo sempat melontarkan gurauan kepada istrinya. istrinya diharap menyusulnya meninggal setelah 3 hari kematiannya agar istrinya punya waktu membaca berita yang dimuat di surat kabar tentang kematian beliau. tepat 3 hari setelah kematiaannya, ternyata ibunda dari bung Tomo lah yang menyusul beliau wafat. selepas setahun setelah Bung Tomo wafat, jenazahnya dipindah ke Surabaya. beliau pernah berwasiat untuk tidak dimakamkan di taman makam pahlawan dengan alasan disana banyak makam koruptor. pernyataan inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa beliau tidak diangkat menjadi pahlawan nasional. Menteri Sosial pada saat itu menolak memberikan status pahlawan nasional karena Bung Tomo cuman local hero. karena syarat menjadi pahlawan nasional adalah pernah diusulkan dan diseminarkan. Bung Tomo memenuhi syarat itu tetapi beliau tidak menghendaki status tersebut. harga diri berada di level teratas baginya.

karakter yang sulit dicari padanannya saat sekarang.

11.13.2007

21 cineplex vs blitz

trakhir nonton kapan ya?
ehmmm .... bentar bentar ....
udah lama kayaknya
waktu itu nonton 3 hari untuk selamanya, yg jadi protagonisnya Nicholas Saputra ama Adinia Wirasti. film garapan Riri Riza ama Mira Lesmana ini emang dikhususkan bagi penonton berusia 18 tahun keatas karena ada beberapa adegan yang ga layak untuk dipertontonkan bagi anak di bawah umur. di sisi lain, Riri juga mengajak para penontonnya untuk mengupas dan memahami film ini dari sudut pandang yang berbeda. bukan dari sudut pandang ketimuran. bukan juga dari persepsi orang indonesia.

film yang mengisahkan perjalanan sepasang muda mudi dari Jakarta menuju Jogjakarta. Riri mengangkat tema post-adolescent dalam bentuk road movie, bercerita tentang kegelisahan menatap masa depan dan keterasingan mereka menghadapi lingkungan tradisi keluarga dan kebebasan semu di negeri ini. Riri sendiri mengangkat isu keseharian dalam kehidupan anak muda dengan gamblang dan apa adanya.

Film ini menceritakan Yusuf (Nicolas Saputra) pemuda berusia 21 tahun bersama Ambar (Adinia Wirasti), gadis berusia 19 tahun, yang melakukan perjalanan selama tiga hari dari Jakarta menuju Yogyakarta untuk menghadiri pernikahan kakak kandung Ambar.

Perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh selama satu hari tersebut molor menjadi tiga hari karena mereka seringkali mengubah rencana perjalanan dengan berhenti dan menginap di beberapa tempat lain. Dalam perjalanan itulah terjadi beberapa kejadian menarik diantara mereka berdua terkait dengan budaya daerah yang mereka lewati. Selain itu, dalam beberapa hal, Yusuf dan Ambar mempunyai perbedaan prinsip dalam hidup mereka.


Yusuf dan Ambar adalah anak muda jaman sekarang. Tidak seperti orang tua mereka yang masih menjunjung budaya timur yang cenderung kolot, mereka adalah contoh dari “generasi MTV”, sebuah generasi yang lebih bebas dari dibandingkan generasi terdahulunya.

Selama tiga hari itu pula, sedikit banyak mengubah cara pandang mereka dalam meraih masa depan yang ingin mereka raih ataupun harus ditempuh dalam menjalan kehidupan.


Dalam film ini, Riri Riza memberikan kepuasan kepada penonton dengan memanjakan mata lewat sinematografi yang cukup indah lewat beberapa pemandangan mulai dari area puncak hingga perjalanan sepanjang pantai utara Jawa. Tidak itu saja, Riri Riza juga menampilkan pemandangan khas masyarakat setempat sepanjang kota-kota yang dilalui oleh Jusuf dan Ambar.


film ini telah mendapat kehormatan tampil di acara premiere Hong Kong International Film Festival dan Singapore International Film Festival dan mendapat sambutan yang antusias dari penonton dan pemerhati film internasional.

akhir-akhir agak males mo nonton, coz begitu ngliat schedulenya cineplex 21 jadi pengen muntah. yang ada tuh cuman film horor, horor dan horor ... situasi industri perfilman Indonesia saat ini merefleksikan satu kondisi dimana para produser lebih memilih "bermain aman" dengan mengangkat tema horor yang kali ini sedang booming. mereka terkesan miskin ide karena film yang beredar berada di satu tema yang sama. film 3 hari untuk selamanya bisa jadi salah satu upaya untuk lari dari doktrinasi produser film komersial.

bagi penikmat film di Jakarta dan Bandung pasti tidak terlalu mengeluhkan pilihan menonton film, karena mereka memiliki alternatif tontonan selain di 21 cineplex. adalah Blitz, satu venue baru yang menghadirkan paduan film Hollywood, film yang cuman bisa disaksikan di festival dan film Indonesia sendiri tentunya. disini juga dikemas satu bentuk entertainment yang berbeda dibanding dengan 21 cineplex. Satin Lounge, Function Rooms, Stage, Blitz Cafe serta Stores lah yang membedakannya dengan 21 cineplex. sayang sekali cuman penikmat film di dua kota besar tersebut diatas yang bisa menjelajahi modernitas saingan berat 21 cineplex itu.