7.18.2008

Si Bengal dan Tukang Sihir


sampai saat ini belum ada striker impor Arema yang bisa menyamai performa dan totalitasnya di lapangan. yupz!! Rodriguez "Pacho" Rubio ... striker berkebangsaan Chili ini begitu cepat beradaptasi dengan sepakbola Indonesia dan tidak butuh waktu lama baginya untuk menyatu dalam permainan khas Arema karena baginya karakter orang Malang dan Arema hampir mirip dengan karakter orang Chili kebanyakan.

tipikal striker yang cerdik, skillful, pemilik tendangan keras terarah, dingin di kotak penalti tetapi meledak-ledak saat lawan mengasari dan wasit tidak mengambil keputusan apa-apa. tidak salah kalo kemudian Aremania menjadikannya pujaan sekaligus icon bagi Arema. sampai sekarang pun, mayoritas Aremania masi mendambakan kehadirannya kembali di Malang, kalo pun tidak, mereka mengharapkan striker Arema mempunyai jiwa singa seperti apa yang Pacho tunjukkan.

sayang Pacho tidak lama di Malang. PSSI memberikan cap striker bengal dan kerap membikin ulah di lapangan sekaligus melarang dia tampil di Indonesia karena dikhawatirkan akan membawa citra buruk bagi persepakbolaan Indonesia. tetapi hal itu tidak menyurutkan publik Malang yang sudah terlanjur memujanya. Pacho adalah jaminan ancaman bagi gawang lawan bersama sang pelayan, Rodrigo Araya.



Tukang Sihir ... julukan itulah yang disematkan pada diri pria Brazil satu ini. Joao Carlos atau yang akrab dipanggil Jo, merupakan sosok gelandang yang memadukan jogo bonito dan kemenangan. filosofi sepak bola yang kental dianut di negara kelahirannya. passing terukur, visi permainan yang tajam, pandai merancang pola serangan dan diakhiri dengan through pass tajam adalah sebagian nilai plus yang ada pada adik kandung Carlos de Melo, mantan gelandang Petrokimia Gresik.

salah satu hal yang membuat saya kagum dan menjadikannya sebagai inspirator adalah kelihaiannya memberikan passing tanpa melihat (no look pass) kepada temannya. skill yang mampu membuat lawan terkecoh karena sering lawan lebih memperhatikan gerak tubuh dan arah pandangan matanya.

sangat wajar kalo Benny Dollo (Bendol) langsung merekomendasikan namanya ke manajemen Arema untuk segera mengontrak Jo. satu kebiasaan Bendol yang sangat jarang ditemui pada saat menilai pemain seleksi Arema saat itu. Bendol begitu terpikat skill dan visi permainannya, yang tidak dia temui pada pemain seleksi sebelumnya. Jo pun langsung menjadi sosok yang diagungkan di Malang dan langsung dibayar lunas dengan mengantarkan Arema juara divisi I dan 2 kali Copa Dji Sam Soe. torehan prestasi tersebut ternyata tidak menjadi pertimbangan Miroslav Janu (pelatih Arema setelah Bendol) untuk mempertahankannya. Janu mencoret Joao di awal putaran kedua Liga Indonesia 2007. Aremania pun berang dan menganggap Janu sebagai orang yang akan menghancurkan Arema. reaksi itulah yang membuat Jo tidak bisa melupakan Arema dan bertekad tidak akan membela Persebaya yang notabene merupakan musuh abadi Arema. baginya itu adalah pengkhianatan. pada pre season Liga Djarum Indonesia 2008, Arema melakukan sparring partner melawan Persisam Samarinda, klub Jo sekarang. sayang sekali Jo tidak dalam kondisi fit dan memilih tidak bermain. mungkin inilah sikap seorang ksatria yang memilih tidak bermain melawan klub yang membesarkannya dan ini bernilai setingkat diatas profesionalisme.




No comments: