3.01.2009

sejarah baru

partai lanjutan Indonesia Super League (ISL) semalam yang digelar di Stadion Kanjuruhan, mempertemukan tuan rumah Arema Malang dan Persipura Jayapura. sebuah pertandingan yang akan diingat oleh Aremania yang hadir karena sejarah baru telah tercipta dengan kekalahan telak pertama di kandang dan di ajang ISL. berondongan 5 gol dari 3 striker Mutiara Hitam (Alberto Goncalvez, Ernest Jeremiah, Boaz Solossa) benar-benar membungkam mulut puluhan ribu Aremania yang mendambakan kemenangan pertama di putaran kedua ISL ini.

cuaca cerah merupakan pertanda baik bagi Persipura Jayapura yang kental dengan kolektivitas dan permainan bola pendek. tim yang berasal dari ujung timur Indonesia ini pun lengkap memasang tim intinya. sementara Arema sendiri kehilangan 3 pemain intinya yang terkena hukuman akibat akumulasi kartu dan tidak bisa memasang 3 pemain asing yang baru direkrut. hal inilah yang menyebabkan Gusnul Yakin tidak memiliki pilihan lain dalam menyusun skuad.

bisa ditebak kemudian, Persipura mampu membaca taktik Arema yang mengandalkan serangan dari sayap dan akhirnya mendominasi pertandingan. trio defender Bio Paulin, Jack Komboy dan Victor Igbonefo relatif tidak mendapatkan ujian berarti dari barisan depan Arema yang diisi oleh duet Patricio Morales dan Ranu Tri Sasongko. kecepatan ketiga striker dari skema serangan balik menjadi penentu Persipura mengungguli Arema.

bila kita melihat tim-tim yang berada di papan atas ISL sekarang seperti Persipura, Sriwijaya, Persija, Persib dan Persijap, maka kita akan melihat sebuah skuad yang mapan dengan ditunjang pola permainan yang khas. pada masing-masing tim tersebut kita bisa melihat pemain yang menjadi poros di tiap lini. contoh paling baru adalah Persipura, tim yang baru saja mengukir kemenangan atas Arema tadi malam. Persipura meskipun berganti pelatih mulai Ivan Kolev, Raja Isa hingga Jacksen F Tiago, tetap tidak mengubah pakem permainan. skema 3-5-2, 3-4-3, 4-4-2 maupun 4-3-3 mampu dijalankan hampir sempurna, begitu pula transisi permainan defensif ke ofensif diterjemahkan nyaris tanpa cacat. fisik yang kuat juga ikut menjadi jaminan terciptanya orkestra permainan di lapangan.

apabila kita kupas kekuatan Persipura di masing-masing lini sebagai berikut :

di bawah mistar berdiri Jendri Pitoy, sosok kiper yang kenyang pengalaman bermain di liga Indonesia bersama Persma Manado dan Persikota Tangerang. Jendri mengawal gawang Persipura terhitung mulai musim 2005.

kemudian di lini belakang berdiri 3 sosok tangguh yang sudah lebih dari 2 musim bersama mengawal pertahanan Persipura. Bio Paulin, Victor Igbonefo dan Jack Komboy begitu fleksibel dengan pola 3 bek maupun pola modern dengan 4 bek sejajarnya bersama Ricardo Salampessy.

Eduard Ivakdalam menjadi tokoh sentral pada jantung permainan tim. senioritas, kelebihan skill dan tingginya jam terbang membuatnya tidak tergeser dari posisi playmaker meskipun usianya tidak muda lagi.

perpaduan trio Indonesia, Brazil dan Nigeria mampu menghadirkan mimpi buruk bagi lini belakang sekaligus kiper lawan. Boaz selepas sembuh dari cedera mampu menunjukkan bahwa dia lah salah satu striker terbaik Indonesia. kehadirannya melengkapi gabungan skill tinggi dan kecepatan yang dimiliki Beto dan Ernest Jeremiah.

pemain yang menjadi poros di tiap lini itulah yang tidak dimiliki Arema sekarang. pemain yang sanggup menjalankan fungsinya di tiap posisi yang ditempati. Arema pernah berjaya di tangan Benny Dollo dimana hanya dibutuhkan 1 tahun untuk berada di divisi 1 untuk kemudian naik di jajaran elit liga Indonesia dan menjadi klub yang disegani. Benny mampu membuat sebuah masterpiece skema permainan dengan ditunjang pemain pilihannya yang sanggup menerjemahkan taktik di lapangan. ironisnya, setelah mengantar Arema menjadi juara divisi 1 dan 2 kali juara Copa Indonesia, Benny hengkang dari Arema yang secara langsung maupun tidak langsung diikuti oleh pemain kunci Arema. cuci gudang pemain di 2 musim ini turut menjadi pertanyaan, apa yang melatar belakangi manajemen menerapkan sebuah keputusan seperti itu?

musim ini mungkin menjadi musim paling mahal dibandingkan dengan musim sebelumnya. pergantian pelatih dan pemain hingga pertengahan musim ditambah dengan aneka denda yang diakibatkan ulah pemain dan Aremania mutlak menambah ongkos tersendiri dalam perjalanan Superliga tahun ini.

salah satu kebijakan manajemen yang ingin mengorbitkan pemain yang berasal dari akademi Arema adalah sebuah langkah maju dari sebuah klub yang ingin berinvestasi untuk perkembangan klub di masa mendatang. tapi tentunya pemain tersebut membutuhkan tempaan yang keras dalam suasana kompetisi tertinggi di Indonesia tersebut. menurunkan pemain berusia belia pada Superliga adalah sebuah perjudian sekaligus pembelajaran. Gusnul Yakin pun harus siap untuk kembali gagal untuk keempat kalinya dalam menangani Arema. tidak mudah memang untuk mengulang prestasi yang pernah diukir di musim pertama kali dalam memoles sebuah tim. pelatih sekelas Fabio Capello dan Louis Van Gaal pun pernah tidak menghadirkan satu pun trofi di kesempatan kedua menangani AC Milan dan Barcelona. meskipun fakta tersebut bukanlah pembenaran atas apa yang terjadi pada Arema sekarang.



No comments: