5.20.2008

10 tahun yang lalu

hari ini Indonesia memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional dan bertepatan juga dengan 10 tahun Reformasi. momentum yang bersejarah di masing-masing masa, masa sebelum merdeka dan masa setelah merdeka.

kita semua memahami tanpa perjuangan Dr. Soetomo, Dr. Wahidin Soediro Hoesodo, Douwes Dekker dan personel pribumi yang concern akan independensi bangsa, maka mustahil hari ini kita (termasuk saya) bisa menikmati segarnya udara pagi. mereka lah yang menjadi pionir sekaligus memotivasi elemen bangsa ini untuk merdeka, bebas dari imperialis dan kolonialis Belanda. dengan melakukan koordinasi ke dalam dan luar negeri, akhirnya bibit semangat untuk merdeka mencapai titik puncak pada 17 Agustus 1945.

beralih ke masa sesudah merdeka ...

10 tahun yang lalu ...
saya sedang berada di Jakarta, mengunjungi kakak saya dan tidak membayangkan akan menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia. waktu itu pada tanggal 19 Mei 1998 malam, Ranee (pacar kakak saya pada waktu itu) sepulang dari kampusnya di Margonda Depok, berbagi cerita klo besok seluruh mahasiswa se-Jakarta akan melakukan demo besar-besaran di Monas menuntut turunnya Presiden Soeharto dari tampuk pimpinan yang sudah didudukinya selama 32 tahun. Ranee ngajakin saya, Bennos ama Rara buat nonton demo dan kita sepakat berangkat pagi-pagi sekali.

20 Mei 1998 pagi ...
kita berangkat ke Monas naik KRL dari stasiun Pasar Minggu dan berencana turun di stasiun Gambir karna dari situ tinggal selemparan batu ke Monas. saya merasakan sebuah situasi yang aneh, janggal dan ngga seperti biasanya. selama dalam perjalanan ke stasiun Pasar Minggu terasa tegang. suatu kondisi yang diciptakan adalah orang-orang terkesan sedang menunggu "sesuatu" dan saya pada waktu itu tidak tahu apa yang sedang orang-orang itu persiapkan. begitu juga dalam perjalanan menuju Monas, KRL tidak terlalu penuh penumpang dan nuansa tegang pun pelan-pelan tercipta mendekati Monas. kita yang sudah merencanakan akan turun di stasiun Gambir ternyata tidak diperbolehkan oleh aparat keamanan dan memang kondisi di sekitar Monas waktu itu begitu steril. tak terlihat seorang pun mahasiswa, apalagi selebaran atau spanduk yang menuntut Pak Harto lengser keprabon.

kami sempat kebingungan dan yang pasti timbul pertanyaan, apakah rencana demonya gagal? ato mungkin pindah lokasi tanpa kita tau? KRL berhenti di stasiun Manggarai, kita memutuskan untuk turun dan berinisiatif ke Blok M. di tengah jalan kita mendengar kabar kalo demo dialihkan ke gedung DPR/MPR Senayan. dan benar!! setiba disana, puluhan ribu mahasiswa se-Jakarta sudah memasuki halaman dan menduduki gedung wakil rakyat tersebut. saat itu mahasiswa mensterilkan lokasi dari masyarakat umum maupun aparat keamanan. saya pun sempat khawatir tidak bisa memasukinya. Ranee punya akal cemerlang dengan meminjami jaket almamaternya untuk saya pakai sementara dia masuk dengan mengacungkan KTM. sebuah trik yang jitu karna saya bisa lolos masuk dengan mulus, meskipun proses masuknya pun hampir mirip dengan antri masuk ke dalam stadion sepak bola.

begitu masuk pintu gerbang, hati saya masih belum berhenti berdetak kencang karna seseorang menarik jaket almamater yang saya pakai dan memberikan ballpoint untuk menulis data lengkap sesuai dengan almamater di sebuah buku. saya berpikir saya bisa ketahuan klo saya menuliskan data pribadi saya yang sebenarnya, tapi untungnya, Ranee cepat-cepat mengambil alih penulisan data tadi. fiieeewwww ... ampir aja!!

setelah pendataan selesai, kita beranjak menuju halaman depan gedung dan ngga sengaja mata ini menangkap kehadiran Ahmad Dhani, Anang dan Mahesa (fotografer Dewa) yang menonton demo dari kejauhan. di depan gedung sendiri, wakil dari mahasiswa dan para tokoh bangsa bergantian menyampaikan orasinya dan membangun opini demonstran untuk tetap merapatkan barisan demi suksesnya suksesi nasional. para tokoh yang hadir pada waktu itu : Emil Salim, Adnan Buyung Nasution, Amien Rais dan beberapa tokoh yang saya ngga kenal :) yang tidak kalah serunya adalah para demonstran beristirahat untuk sholat Dhuhur dan Ashar di lapangan sebelah halaman gedung dan mengambil air wudlu di kolam air mancur depan gedung.

waktu sudah menunjukkan sore hari, kita pun memutuskan untuk pulang dan tidak lupa menyematkan doa agar semua agenda reformasi bisa terlaksana. Shit!! jalur disekitar Senayan ditutup, otomatis ngga ada taksi, metro mini apalagi bis ... jalan kaki deh! ngga tau sampai daerah mana akhirnya kita dapat metro mini dan jelasnya kita sampai di rumah malem hari dengan kedua kaki serasa bengkak-bengkak.

besoknya saya nonton tivi buat mengetahui perkembangan demo, dari situ saya tahu bahwa baru tanggal 21 Mei 1998, masyarakat umum baru diperbolehkan memasuki gedung dan berdemo membaur bersama elemen mahasiswa se-Indonesia. dan dari tabloid politik yang saya baca pada waktu itu, pihak mahasiswa sengaja memindah venue demo karna mengendus pihak keamanan akan menggagalkan demonstrasi itu sendiri dengan memasukkan sejumlah prajurit berambut cepak dan berpakaian layaknya mahasiswa untuk membuat keributan sehingga pihak keamanan mempunyai alasan untuk menembaki para demonstran tadi. kebenarannya masih menjadi misteri hingga sekarang.

setelah mendapat desakan dari mahasiswa dan masyarakat, Pak Harto akhirnya meletakkan jabatannya dan disambut tangisan serta pekikan "Allahu Akbar!!" layaknya sebuah ungkapan setelah melalui ujian maha berat. dan momen itulah yang mendasari sejumlah oknum warga negara Indonesia untuk menjarah berbagai supermarket di Jakarta dan membakarnya setelah puas menghabiskan seluruh isinya. warga negara Indonesia lainnya yang bernasib tidak beruntung adalah mereka yang beretnis China / Tionghoa. kejadian pelecehan seksual, pemerkosaan dan pembunuhan pun tidak terhitung jumlahnya. dari sinilah, eksodus menjadi jalan satu-satunya menuju Singapura, Malaysia, Australia dan sejumlah negara lainnya. tidak ada pilihan lain. dan bisa ditebak, ketika para investor juga memutuskan untuk eksodus, ekonomi menjadi goyah, rupiah pun sempat menyentuh level 12.000/dolar US. harga yang begitu mahal untuk sebuah suksesi.

sekarang ...
situasi hampir mirip dengan apa yang terjadi di tahun 1998, harga BBM melambung, kebutuhan pokok semakin mahal dan lapangan pekerjaan semakin sempit.
setelah mengalami pergantian beberapa pemimpin, tentunya kita mengharapkan kondisi yang beranjak menuju yang lebih baik. semoga momen 100 tahun Kebangkitan Nasional dan 10 tahun Reformasi memicu dan memacu setiap pribadi untuk tidak menyerah pada keadaan serta mampu melihat celah untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk ke depannya dan bagi masa depan.

special appearance :

Ranee >> asisten dosen di sebuah perguruan tinggi di Margonda, Depok

Noy >> lulusan SMA yang blom punya pikiran buat kerja

Bennos >> freelance di advertising agency

Rara >> pelajar SMA yang cuek tapi jago bahasa Jepang

No comments: