10.27.2005

Menanti "smart ball" di World Cup 2006 Jerman

Publik tuan rumah World Cup 2006 Jerman agaknya menyambut gembira kemenangan team sepakbola Brazil 5 - 0 atas Chile dini hari 5 Sep y.l.hingga meloloskan Brazil ke putaran final di Jerman. Berhubung jika Brazil dan tuan rumah dipandang sebagai favorit juara dunia 2006 maka bukan tidak mungkin final World Cup 2002 Korea akan terulang kembali: Jerman -vs- Brazil.
Sebagai negara maju dalam teknologi serta menjadi asal produsen olahraga kelas dunia Eropa, maka adalah perusahaan Adidas telah berinisiatif untuk berpartisipasi untuk menyajikan kemajuan teknologi komunikasi digital yang diaplikasikan dalam dunia olahraga terpopuler sejagat: sepak bola.

FIFA dan Adidas dikabarkan telah setuju untuk mengaplikasikan pemindaian gerakan bola dengan smart chip miniaturistik yg disematkan pada "smart ball". Dengan bola "smart ball" yang bermuatan suatu sistem sensor pemindaian digital yang sebenarnya cukup sederana yang mampu menampilkan detik-detik pergerakkan bola dengan sangat akurat, hingga permainan sepak bola masa depan dapat terbebas dari kontroversi wasit khususnya dalam menilai kejadian kritis di muka gawang : gol.
Chip pada bola "smart ball" dirancang untuk dapat dimonitor oleh sensor pemindai elektronik berkedudukan mengawal garis gawang. Uji coba akan dilangsungkan pada kejuaraan U-17 yang berlangsung di Peru 16 Sep - 2 Okt yad. Teknologi ini tidak jadi diperkenalkan dalam kejuaran Konfederasi 2004 di Jerman seperti yang tadinya ramai digunjingkan. Presiden FIFA Sepp Blatter bertekad akan melakukan pengamatan seksama perihal keandalan perangkat bantu ini, dan jika dipandang positip boleh jadi secara resmi akan dilaksanakan di kejuaran dunia di Jerman.
Perangkat bantu ini akan digunakan untuk memonitor kejadian gol -yakni gerakan bola yang melewati garis gawang- yang pada beberapa kejadian kasus tertentu terluput dari pengawasan pandangan wasit karena berbagai halangan seperti; aksi yang berlangsung amat cepat, gerak bola terhalang oleh badan pemain, kedudukan wasit dan hakim garis yang jauh dari gawang, dst. Dalam prakteknya jika kejadian gol luput oleh pengamatan langsung wasit di lapangan sementara isyarat elektronik menandai gol, maka wasit dapat berinisiatif guna menyetop permainan sementara untuk mereview bersama hakim garis kondisi yang terjadi dengan tayang ulang video jika diperlukan.
Ada kalangan yang kontra atas intervensi berlebihan teknologi yang berpandangan bahwa aplikasi demikian akan mereduksi sisi human dalam suatu permainan sepakbola. Kejadian "human error" baik oleh wasit dan pemain di lapangan dianggap wajar adanya. Wasit juga manusia -seperti halnya rocker !!! -

Kalangan komentator sepak bola EPL kompetisi liga Premier di Inggris tahun yg belakangan memang menyuarakan agar teknologi digital sebatas tertentu dapat direkomendasikan untuk menjadi salah satu media pelengkap keputusan wasit dalam menghadapi situasi kritis pertandingan, khususnya situasi terjadinya gol -yakni bola melewati garis antara tiang gawang- yg luput dari pengamatan mata wasit. Setidaknya di kompetisi EPL Inggris tahun y.l. terjadi 2 kali situasi keraguan terjadinya gol. Salah satunya gol disyahkan wasit pada hal diragukan bahwa bola apakah memang benar telah melewati garis gawang dalam pertandingan tim elite Arsenal -vs- Chelsea. Kasus lain justru sebaliknya, bahwa tendangan bola yang memantul dari mistar ke gawang yang nyata-nyata melewati garis batas gawang namun ditepis keluar oleh penjaga gawang ternyata luput dari pengamatan wasit hingga urung menjadi gol yang bersarang di gawang klub terkemuka MU. Dengan tayang ulang "re-play" liputan kamera tv dan teknologi siaran digital yg sedemikian maju saat ini kasus fatal demikian dapat diurai dengan amat jelas dan dengan seketika.
Di liga utama seperti Serie A Italia maupun EPL Liga Inggris saat ini, rekaman video pun biasa digunakan sebagai masukan data tambahan yang penting untuk menegakkan disiplin dalam kasus pemain yang terlibat kejadian pelanggaran berat dalam pertandingan.

Alasan komentator yang menyetujui penggunaan teknologi digital mengingat bahwa dalam kompetisi yang ketat antara team top seperti di Liga Inggris dimana mungkin saja selisih angka klasemen akhir amat tipis, maka akan menjadi sangat mengecewakan adanya apabila kesilafan pengamatan wasit berujung pada penetapan juara yang kontroversi. Alasan lainnya kalangan komentator dan pengamat sepakbola sama-sama berpendapat bahwa sepakbola kompetisi EPL telah menjadi tayangan dan menjadi bisnis bernilai multi-milyaran dollar di seluruh dunia, dan kesilafan wasit dalam menetapkan gol dapat merugikan para penggemar maupun pebisnis. Bisnis lotere toto sepak bola pun bernilai jutaan dollar tersendiri. Dan yang terpenting ditengah kemajuan teknologi digital saat ini, agaknya publik Inggris tidak lagi ingin menerima kegagalan menyesakkan seperti halnya gol "tangan Tuhan" oleh Maradona pada WC 1986 saat Argentina mengalahkan Inggris, atau pun terjadi gol di gawang lawan yang luput dari pengamatan wasit dalam pertandingan Inggris menghadapi Jerman Barat dalam kejuaraan dunia tahun 1974.

No comments: